Thursday, April 14, 2016

A Tale of My Long-Lost Childhood Play-Mate

It's 4:18 am and I'm so sleepy but cannot sleep due to many random things flying on my mind.

Right before I tried to sleep, I was searching through beauty bloggers' post about foundation that might works best in my oily-skin. I actually have done this endless activity since 3 weeks ago, as I prepared to do my own graduation make-up. So, the first random thing that avoids me to fall asleep is foundation. Yup. Sooo ridiculous.

Well, to be fair, I really almost fell asleep BUT OUT OF THE BLUE, noisy voices came from my neighborhood. AT 3 PM. I just caaaaan't...... WHY?!?! Then I remembered today's champions league night, so maybe they were just doing thing I supposed to love, too: watching football. (But how dare you disturb my sleep?!?!)

At 3.30, I was up to the situation where I hardly forced myself to sleep. I tried hard to clear my mind but another random thought reached my mind from the most hidden place on my brain: I thought about my old friend. My elementary school friend. Not so close, as she's younger a year than me but she lived in my neighbourhood so I used to play with her like...every afternoon.

So I started to scroll through social media and tried to find her. Not so difficult, I have a good memories about her full name, her face, her siblings' name (she had twin younger bros and an older sister), even her birthday date. I also found that we still have some mutual friends. She's still living close to me but we totally lost contact since I graduated 11 years ago and went to different junior high school.

Her face isn't much different as I remember. She had pale skin, straight hair, shorter than me.....very cute. Now she's even cuter. More beautiful. Naturally beautiful. Her instagram photos show that she's not that kind of girl who I'd find annoying. (Yeah, I judged a person by her/his socmed life.)

The more I think about her, the more I think how weird my life is. How easy I forgot her. She's not my number 1 friend in elementary school or else, but she lives some metres away, how can I never see her face at all after we separate for higher school?

Anyway, I also lost contact with my elementary school bestfriend for 10 years. I recently chat her again, but I think she found me pretty creepy, as I (without anticipation) followed her on instagram. (Is that creepy?)

It's now 5.00 am, I'll close this post. Just to clear my mind of her, I'll tell her real name. This girl in my neighborhood, the one that suddenly ruins my sleep...her name's Natalia. Hello, Natal, do you remember me?

Saturday, April 9, 2016

[Racauan] : Beruang dan Saya

Semua orang tahu kalau saya suka beruang. Dari teman bermain di rumah, SD, SMP, SMA, kuliah...semuanya tahu kalau saya suka beruang. Lebih tepatnya, semuanya tahu kalau saya PERNAH suka beruang. Sebagian dari mereka tentu tak menyangka kalau beruang masih jadi favorit saya sejak bertahun-tahun lamanya. Makanya, kenapa blog ini namanya "Ruang Beruang". Pertama, memang saya suka banget sama beruang. Kedua, lucu aja ada pengulangan seperti itu. Ketiga, pas kan, blog ini ruangan bagi saya si beruang: ruang beruang.

Kenapa beruang?

Beruang itu punya badan yang terlihat lembut tapi sangat buas dan mampu membunuh mangsanya dengan mudah. Serigala berbulu domba bangetlah. Tuh kan, buat apa ada ungkapan semacam itu kalau ada beruang yang bisa jadi bahan rujukannya.

Oke, itu bohong. Saya suka beruang karena sejak kecil dulu saya ngefans sama Winnie The Pooh.

Saya sadar kalau saya nggak akan bisa menjinakkan dan memelihara beruang layaknya anjing atau kucing. Pertama, itu berbahaya bagi saya. Kedua, dan yang paling penting, itu berbahaya untuk diri si beruang.

Walaupun demikian, saya tetap menyayangi beruang dari kejauhan dan tetap berangan-angan untuk merawat hewan peliharaan yang normal seperti kucing atau anjing. Sayangnya, saya nggak pernah sekali pun diizinkan memeliharanya. Jadi...hal terbaik yang bisa saya lakukan adalah memberi makan kucing liar yang masuk ke halaman rumah...dan.....memelihara boneka beruang saja :( 



Ada 1 hewan yang sekarang amat saya cita-citakan untuk dipelihara: kucing, spesifically British Shorthair. Kenapa BSH?
1. Bentuknya bohay. Hahaha, setiap bagian tubuhnya bulat; mukanya, matanya, badannya, kaki-kakinya...awww
2. Saya kurang suka kucing yang rambutnya panjang dan susah dirawat.
3. BSH itu punya karakteristik yang sesuai sama saya: mager, kalem, friendly dengan caranya sendiri, bisa ditinggal-tinggal, pokoknya sabar banget kucing ini!
4. Mirip beruang. Iya! Kucing beruang.
5. Semua ini gara-gara saya jatuh cinta sama Coffee, a.k.a Mr. White, kucing instagram yang super unyelable :') Sekarang ini Coffee lagi sakit. Dia didiagnosa kena kanker lymphoma. Sediiiih....sesedih-sedihnya....semoga usia Coffee bisa panjang, karena saya udah sayang banget sama dia :"




So that's how I named this blog Ruang Beruang: I love bears. What's your favorite animal?



Saturday, December 19, 2015

Neko Atsume: Random Guide For Indonesian Kitty Collectors

Yoo, sesuai dengan judulnya, postingan ini akan membahas 1001 pertanyaan para newbie dalam permainan Neko Atsume, alias permainan "mengoleksi kucing" yang belakangan ini lagi tren karena kelucuannya. Jangankan penggemar kucing, berdasarkan pengalaman pribadi, orang yang asalnya anti kucing pun bisa doyan main Neko Atsume. Permainan asal Jepang ini gratis unduh di Play Store atau App Store. Gue pun baru main selama sebulan, tapi karena banyak orang yang nanya: "gimana caranya halaman lo segede itu, Yu?" "gimana caranya rumah lo serame itu, Yu?" "gimana caranya dapet ikan emas yang banyak?" dan pertanyaan-pertanyaan serupa, I'm gonna write everything I know about Neko Atsume. Jadi, yeah, here we go.

Strategi Awal Main Neko Atsume

Satu-satunya yang dibutuhkan dalam permainan ini adalah KESABARAN dan DAYA TAHAN MELAWAN BENDA-BENDA LUCU, karena Neko Atsume nggak butuh strategi macem permainan perang-perangan. Yang penting lo sabar menghadapi godaan belanja mainan untuk memikat si kucing.

Tampilan awal rumah sebelum ekspansi.
Bisa memuat 5 mainan kecil dan 1 mangkuk makanan.
Banyak orang yang males dan bosen ngeliat tampilan permainan ini pada awalnya. Tapi begitu liat ramainya rumah setelah ekspansi...

Ada 3 kucing langka! Meow!

Juga setelah remodel...

Ada 4 style yang bisa dipilih untuk remodel. Ini Rustic Style.
Pilihan remodel bisa ditemukan di menu --> other --> remodel seharga 140 ikan emas.

Pasti pengen juga kaaaaan ngumpulin kucingnya satu-satuuuuu~ Ini masih biasa. Life goalnya para kitty collector tuh kayak gini...

Bisa punya rumah seramai ini: LIFE GOAL!!!!!
(source: somewhere from Twitter, I'm too lazy to re-search. Sorry)
Yahaha! Jadi jangan bosenan dulu.

Target utama yang harus lo penuhi dalam permainan ini yaitu mengumpulkan semua kucing. Ada dua macam kucing yaitu "kucing biasa" dan "kucing langka". Kucing langka terlihat beda dari kucing biasa dan hanya datang kalau lo menyajikan makanan atau mainan khusus. 

Kucing langka yang ini, misalnya, cuma akan datang kalau ada cardboard house.

Data-data kucing-kucing ini ada di catbook.

Sebelum kucingnya keliatan ama kita, catbook
akan berupa tanda tanya kayak gini.
(snapshot credit: Lilia)
Setelah kucingnya nampak, lo bisa foto-foto mereka
dan ganti tampilan catbook seperti album foto. Unyu kan <3
Total ada 48 kucing di Neko Atsume versi 1.4.7 dan ada 49 di versi 1.5.0. Buat yang belum update, UPDATE SEGERA! karena ada lebih banyak "keunyuan" di Neko Atsume versi terbaru.

Hal pertama yang harus lo lakukan setelah download adalah: membeli PALING SEDIKIT lima mainan dan satu mangkuk makanan seharga ikan silver. So please, tabung dulu ikan emas lo kalau lo kebelet memperluas halaman, karena yard expansion butuh 180 ikan emas. Lo hanya akan butuh 5-7 hari sebelum akhirnya ekspansi jika kuat berhemat.

Protip:
  • Selain mainan standar seperti bola dan bantal, lo bisa ngumpulin ikan abu buat beli benda-benda termurah yang bisa memikat kucing langka berikut ini: pyramid tent, baseball, mister mouse, cowboy hat, sakura pillow.
  • Belilah makanan, minimal Frisky Bitz! Harganya cuma 30 ikan abu untuk 3 kali makan. Jauh lebih bisa mengundang kucing dibanding makanan gratisan. 

Ikan Emas dan Ikan Abu


Ikan emas dan ikan abu adalah bentuk terima kasih kucing karena telah mengizinkannya main di rumah lo yang bisa lo belanjakan. Faktor apa yang menentukan jumlah ikan abu yang dikasih kucing masih misterius, bisa jadi berdasarkan lamanya kucing main di rumah lo, jenis mainannya, dan juga power level si kucing sendiri. Tapi ada beberapa kucing biasa yang gue perhatikan lumayan royal memberikan ikan, yaitu Lexy, Misty, dan Fred. CMIIW.

Misteri ikan emas lebih misterius lagi, bahkan. Gue sendiri pun masih sering merasa surprised kalau ada kucing yang sekali waktu ngasih 5-7 ikan emas. Tapi konon, ada teori Goldfish Guide ini. Gue nggak tau validitas teori ini (bahasa skripsinya muncul), tapi mungkin bisa dicoba.

Gue dapet ini dari instagram, entah siapa, lupa.
Gini cara baca goldfish guide ini: Rata-rata Beach Umbrella dalam sehari bisa memberikan 10,3 ikan emas, kotatsu 7,6 ikan emas, tunnel 7,4 ikan emas, dan seterusnya. Jangan tanya gimana penghitungannya, gue juga boleh nemu. Intinya, ikan emas itu misteri. Kalau ikan abu lo udah lebih dari 500, mending lo tuker ikan abu dengan ikan emas di shop. 500 ikan abu bisa dapet 10 ikan emas.

Temen gue ada yang bela-belain nyari cheat buat dapet banyak ikan abu dan ikan emas. Kalau kalian emang segitu seriusnya, main ginian aja sampe ngunduh aplikasi buat ngecheat, yea sok aja sih bisa googling sendiri. Gue pribadi menemukan asyiknya main Neko Atsume ketika nabung buat dapetin apa yang gue mau. Puasnya tuh terasaaa~

Memento


Seperti ikan emas dan ikan abu, memento adalah bentuk terima kasih kucing kepada kalian para kitty collectors. Bedanya, memento ini baru akan diberikan kucing ketika mereka sudah "langganan" main ke rumah lo. Pengalaman gue sih kucing biasa baru ngasih memento --paling cepat-- setelah 13 kali berkunjung. Kalau kucing langka...ada yang baru 2 kali visit langsung ngasih memento, ada yang udah 30an kali juga belum ngasih.



Fungsi memento ini...nothing. Iya, nggak ada gunanya.
Tapi dikasih memento itu artinya si Memeng
udah sayang sama kita. Hihi~

Tips Mengundang Rare Cats (Kucing Langka)


16 kucing langka (+1 di versi terbaru yang gue pun belum ketemu) cuma mau datang kalau ada barang-barang kesukaan mereka. Apa saja barang yang bisa mengundang kucing yang mana? *halah*

1. Joe DiMeowgio = baseball (harga: 90 ikan abu)


2. Senor Don Gato = mister mouse (140 ikan abu)


3. Xerxes IX = Zanzibar Cushion (20 ikan emas)


 4. Chairman Meow = Earthenware Pot (20 ikan emas)


 5. St. Purrtrick = Silk Crepe Pillow (20 ikan emas)

6. Ms. Fortune = Cardboard House (40 ikan emas)


 7. Bob The Cat = Cat Metropolis (50 ikan emas)


8. Conductor Whiskers = Twisty Rail (20 ikan emas) dan Cardboard Choo-Choo (60 ikan emas)



9. Tubbs = semua makanan non-gratisan --dari Frisky Bitz sampai Deluxe Tuna Bitz-- dan giant cushion (25 ikan emas)


10. Mr. Meowgi = Sakura pillow (220 ikan abu) dan scratching log (30 ikan emas)




11. Lady Meow-Meow = Luxurious Hammock (35 ikan emas)



12. Guy Furry = Glass vase (750 ikan abu) dan heating stove (600 ikan abu)



13. Kathmandu = Temari Ball (25 ikan emas)



14. Ramses The Great = Pyramid Tent (190 ikan abu)



15. Sassy Fran = Cardboard Cafe (50 ikan emas)



16. Billy The Kid = Cowboy Hat (400 ikan abu)



Mainan favorit gue sendiri sih yang muat banyak atau yang membuat kucing-kucing bergaya lucu. Misalnya Cat Metropolis yang bisa muat 6 kucing. Gue juga suka Beach Umbrella, Heating Stove, Kotatsu, atau Cardboard Cafe/House/Choo-choo yang bisa menampung 4-5 kucing. Selain itu, gue suka mainan-mainan alat pancing (mister mouse atau yang sejenisnya) karena bisa bikin si Memeng lulumpatan. Kalau mau liat pantat-pantat kucing, lo bisa beli beragam tunnel seperti yang motif donat, sapi, sampai yang 3D.

FYUUUUH~ Okelah, sementara gini dulu yea tentang Neko Atsume. Lo bisa banget googling tentang permainan ini karena banyak banget blog atau web yang ngasih tips gimana caranya biar kucing rame-rame dateng ke rumah lo. Kalau nanti gue udah ketemu sama kucing langka ke-17, gue update deh tulisan ini. Soo, let's collect kitties!

Thursday, September 3, 2015

Krismon Dalam Kacamata Beruang



Sebenarnya, pengetahuan gue soal permasalahan ekonomi nol besar banget. Iya, udah nol, besar, banget pula. Jadi gue nggak pernah minat ikut-ikutan komentar. Tapi meme ini bikin geli. Wkwkwk. Permainan bahasanya yang bikin gue geli, meskipun harusnya ejaan yang benar "mengkhawatirkan". Bisa aja ya orang dapet ide buat bikin meme-meme plesetan macem gini. Kreatip!

Balik lagi karena pengetahuan gue yang minim soal ekonomi, gue nggak paham kenapa rupiah sekarang terus melemah. Gue nggak paham kenapa melemahnya rupiah saat ini belum bikin orang-orang rusuh seperti tahun 1998. Yang gue paham, belakangan ini kondisi keuangan gue memang melesu. Bayangin aja, gue punya dua rekening di bank, yang satu buat gue bobol setiap hari, dan yang satu lagi buat gue nabung: rekening yang nggak pernah diganggu gugat isinya. Wkwk. Awalnya, di rekening tabungan ini, jumlah uang gue bisa mencapai 3x lipat jumlah uang di rekening satunya.

Mungkin rupiah memang sedang menguatirkan. Belakangan, jumlah uang di rekening tabungan gue bahkan lebih sedikit dari jumlah di rekening uang makan.........


Asli, hidup permahasiswaan-tingkat-akhir-yang-skripsinya-masih-juga-belum-kelar gue makin menguat-irkan.

Nggak cuma itu. Dulu, tiap dapet kiriman dari nyokap, uang segitu cukup buat hidup gue sebulan, bahkan cukup untuk kehidupan yang dilengkapi dengan acara jalan-jalannya dan tentunya bolak-balik belanja buku di Gramedia. Tak disangka, tak dinyana. Terakhir kali gue belanja buku adalah 3 bulan lalu. Iya. Mungkin inilah efek krisis ekonomi Indonesia bagi kantong gue. Harga novel terbitan lokal yang gue incar jadi di atas 70ribuan semua. Biasanya 200ribu bisa dapet 2 buku impor, sekarang bisa beli 1 aja udah alhamdulillah.

Alhasil, pinjam-meminjam buku belakangan ini jadi pilihan nomor satu gue. Slogan "selama bisa punya sendiri, kenapa harus pinjam?" yang bertahun-tahun lamanya gue junjung tinggi kini mengalami perubahan drastis: "selama bisa pinjem, ngapain beli?"

Mumpung tulisan ini memang ngalor ngidul, gue mau sekalian cerita 'musibah' mengalami gue kemarin. Masih berkaitan dengan minjem buku dan duit, kok.

Jadi gini. Gue adalah mahasiswa semester lewat dari batas akhir yang butuh buku untuk mengerjakan skripsi. Dasar mahasiswa Indonesia, gue pun cari pinjaman buku di perpustakaan universitas. Berhubung skripsi nggak kelar-kelar, buku-buku itu pun nggak gue kembalikan. Yah, lagian juga salah siapa bahwa letak perpustakaan universitas berjarak satu jam perjalanan naik travel seharga 40ribu pulang-pergi dari kampus gue? -_-

Akhirnya gue memutuskan bahwa sudah terlalu lama buku ini gue pinjam.
Akhirnya gue sadar bahwa menunggu gue sidang hanya akan membuat denda keterlambatan pengembalian buku semakin membengkak.
Kemarin, gue bela-belain khusus ke kota sebelah untuk mengembalikan buku tersebut.
Tahukah kamu, berapa denda yang harus saya bayarkan?

Seratus enam puluh ribu rupiah.
Seratus enam puluh ribu rupiah.
Seratus enam puluh ribu rupiah.
SERATUS ENAM PULUH RIBU RUPIAH ADALAH SEHARGA SATU BUAH NOVEL IMPOR IDAMAN SAYA

Baiklah, mungkin gue AKHIRNYA paham seperti apa rasanya ketika krisis melanda perekonomian kehidupan gue.

(P.S.: ini novel-novel inceran gue saat ini.....saat-saat kere ini)


Thursday, August 20, 2015

Tontonlah sebuah film hingga selesai, hingga "credit title" usai..........

Kalimat judul posting ini adalah sebuah petuah yang saya dapatkan ketika bergabung selama beberapa bulan saja dengan UKM sinematografi kampus. Iya, saya pernah bergabung, bahkan sempat membuat sebuah film sebagai "syarat" keanggotaannya. Belum sampai peresmian menjadi anggota, saya sudah kabur. Saya baru sadar di tengah jalan bahwa saya enggan berpartisipasi dalam organisasi apapun di kampus saya. Padahal, justru masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa-masa di mana orang-orang berlomba-lomba untuk mencicipi serunya bergaul dalam organisasi: pikiran sudah cukup "matang", tetapi idealisme masih tetap kuat dipegang. Mahasiswa, katanya begitu. Singkat kata, sejak tingkat satu saya enggan ikut UKM apapun. Alhasil, hingga tahun terakhir ini, saya adalah mahasiswa kupu-kupu. Amat jarang merasakan jadi kura-kura :D

Kembali lagi ke masalah kalimat judul postingan ini. Lalu, apa pentingnya menonton film hingga credit title usai dan kegelapan menyelimuti layar? Saya sih biasanya melihat credit title hanya untuk mencari tahu siapa pemeran tokoh X di film tersebut, misalnya, karena aktingnya bagus atau wajahnya ganteng, dan sebagainya. Atau saya hanya ingin tahu lagu-lagu apa saja yang menjadi soundtrack di film itu. Seringkali, alasan saya tetap tinggal di dalam studio bioskop hingga akhir bukanlah untuk melihat credit title melainkan mendengar lagu penutupnya sampai selesai. Saya yakin kebanyakan penonton film di bioskop juga sama seperti saya: tepat setelah film habis langsung keluar dari studio, atau setidaknya menunggu hingga antrian penonton yang keluar studio berkurang.

Apa pentingnya menonton film hingga credit title usai? Bukankah film-film layar lebar yang diputar di televisi toh seringkali dipotong atau dipercepat bagian credit title-nya? Ya, bahkan untuk melihat nama-nama pemerannya saja tidak bisa karena durasi yang sudah lewat batas.

Setelah petuah itu saya dapatkan di suatu sore saat kumpul rutin UKM dan saya pun merasakan sendiri betapa riweuhnya proses membuat film PENDEK (pendek aja udah riweuh, duh), saya baru sadar pentingnya mengapresiasi seluruh kru yang terlibat dalam proses pembuatan suatu film melalui menonton karya mereka hingga akhir. Saya pernah merasakan sendiri besarnya kebahagiaan saya ketika melihat nama saya berada dalam credit title film tersebut, meskipun saya bukanlah sutradara, produser, atau pemegang tugas-tugas mahabesar lainnya. Meskipun saya hanyalah pengatur pencahayaan. Meskipun saya hanyalah asisten camera person. Meskipun saya hanyalah <insert an unimportant job here>. "Akhirnya.........."

***

Bertahun-tahun setelah saya memaknai petuah tetua UKM sinematografi tersebut, saya baru sadar bahwa kalimat tersebut juga berlaku untuk buku. Coba saya tanya: seberapa sering Anda membaca halaman identitas buku yang berada di bagian-bagian depan sebuah buku? Iya, di halaman tersebut tidak hanya tercantum judul dan nama pengarang, tetapi juga nama penerjemah (jika buku terjemahan), editor, proofreader, desainer sampul, dan lain-lain. Seberapa sering Anda membaca atau setidaknya memperhatikan nama-nama yang tertera di halaman tersebut?

Sadarkah Anda bahwa buku masterpiece yang Anda baca itu melalui proses yang amat panjang sebelum sampai ke tangan Anda? Dan proses tersebut berlangsung karena adanya kerja keras dari banyak tangan; tidak langsung dari tangan penulis ke tangan Anda?

Saya termasuk orang yang apatis itu. Saya hanya ingat judul buku, pengarang, lalu penerbit. Ya, ingat bahwa buku X diterbitkan oleh penerbit Y saja rasanya sudah syukur alhamdulillah. Suatu waktu saya malah pernah menanyakan kelanjutan suatu buku yang diterbitkan oleh penerbit Y ke akun Twitter penerbit Z saking 'ignorant' nya saya..... Bagi orang-orang yang tidak ikut merasakan berkeringat deras dalam proses produksi sebuah buku, hal tersebut mungkin sepele. Tapi...ah, masa sih Anda se-ignorant saya?

Kejadian salah penerbit itu seharusnya membuat saya malu dan jadi lebih perhatian pada halaman identitas buku. Nyatanya, hati saya baru tergerak untuk lebih perhatian pada halaman tersebut setelah saya melihat nama orang yang saya kenal baik tercantum dalam halaman tersebut. Bukan sebagai penulisnya, toh nama penulis selalu tercantum di sampul, melainkan sebagai penerjemah. Rasa bangganya pada "karyanya" membuat saya terharu dan jadi bersimpati kepada orang-orang lain yang juga merasa bangga karena hal yang sama namun saya tidak mengenalnya :"D

Kejadian lain yang menggerakkan hati saya untuk lebih mengapresiasi lembar identitas buku justru datang dari pengalaman tidak mengenakkan. Saya membaca sebuah buku terjemahan yang sangat...sangat...menguras emosi saking tidak bagusnya. Padahal buku tersebut adalah best-seller di negara asalnya dan populer di dunia maya. Sejak saat itu, saya seperti memasang sensor peringatan pada diri saya: setiap kali melihat buku terjemahan terbitan penerbit tersebut, saya akan berpikir dua-tiga kali untuk membelinya.

Setelah kesadaran itu timbul, saya justru malu sendiri, karena seringkali saya berpuas hati akan aspek "perintilan" suatu buku (covernya bagus, terjemahannya tepat, suntingannya tanpa cela) tanpa mengetahui siapa orang dibalik kesempurnaan itu. Iya, malu banget, dulu baca Harry Potter terjemahan dari 1-7 tanpa mengenal siapa penerjemahnya. Malunya baru kerasa sekarang. Duh, Yu. Padahal membaca buku bukan kegiatan yang jarang saya lakukan. Tapi ketidakacuhan saya ini memang parah--memalukan.

Mana apresiasimu pada orang-orang yang menghadirkan mahakarya kesukaanmu, Yu?

***

Ketika Anda secara tidak sengaja tersasar ke blog ini dan membaca posting yang super panjang ini, sudikah Anda untuk menonton film hingga kegelapan menyelimuti layar? Sudikah Anda lebih peduli pada lembar identitas buku yang Anda baca? :)

NB.: Cara yang paling baik dalam mengapresiasi karya film atau buku adalah dengan tidak mengonsumsi produk bajakan. Jadi...beli yang asli, kalau memang tertarik. Kalau tidak yakin tertarik atau tidak.....cari pinjaman jauh lebih baik daripada unduh ilegal. Hihi.