"TENGKORAK BERBISIK"
Penulis: Jonathan Stroud
Penulis: Jonathan Stroud
Alih Bahasa: Poppy D. Chusfani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2015
Tebal: 488 halaman
Harga: Rp 86.000
Genre: Fantasi, Horor
Jempol gue lucu kan :3 |
A.J. LOCKWOOD & CO., PENYELIDIK
SETELAH GELAP, BUNYIKAN LONCENG
DAN TUNGGU DI LUAR GARIS BESI
Begitulah bunyi tulisan di papan nama pada pagar sebuah rumah di Portland Row nomor 35. Ya, rumah ini menjadi markas bagi agensi pemburu hantu dengan tim paling kecil di London, Lockwood & Co. Tujuh bulan setelah kejadian Undakan Menjerit yang terkenal, Lucy dan kawan-kawan kembali menjalankan misi: memburu hantu yang menjadi Masalah di London sejak berpuluh-puluh tahun silam.
Seperti pada buku pertama seri Lockwood & Co., aksi tiga agen muda Anthony Lockwood, George Cubbins, dan Lucy Carlyle ini diawali dengan kegagalan Lockwood & Co. menyelesaikan misi. Kali ini, misi yang gagal di tangan mereka adalah memburu 'Wraith' alias hantu tipe dua yang berbahaya di Wimbledon. Kekeliruan George dalam meriset menyebabkan mereka harus 'kalah' dalam mengatasi Masalah dari sekelompok agen Fittes, yang dipimpin oleh pesaing terbesar mereka Quill Kipps. Rasa malu dan geram membuat Lockwood dan timnya mengajukan tantangan pada tim Kipps.
"Jika kita berkesempatan memecahkan kasus bersama-sama lagi, tim yang memecahkan masalah yang menang. Kemudian yang kalah akan memasang iklan di The Times, secara publik mengaku kalah dan menyatakan bahwa tim yang lain lebih baik daripada timnya sendiri. Bagaimana? Kau akan menganggap itu menyenangkan, bukan, Kipps?" (halaman 35)
Alhasil, tantangan pun diterima oleh tim Kipps dari agensi Fittes.
Sementara itu, Lucy ‒yang telah menghabiskan setahun pertamanya bersama Lockwood & Co.‒ mendapati dirinya dapat berkomunikasi dengan hantu tipe 3 berwujud kepala tengkorak yang terkurung di dalam wadah milik George. Bakat baru ini sangat hebat; hanya Marissa Fittes yang legendarislah yang disebut-sebut bisa berkomunikasi dengan tipe 3. Jika kekuatan Lockwood terletak pada daya-lihat serta karakternya yang berkarisma sedangkan kekuatan George adalah pada kemampuan risetnya yang cermat, bakat Lucy adalah memiliki daya-sentuh dan daya-dengar yang sangat andal. Tetapi, selama ini kekuatan mereka bertiga belum cukup mengangkat pamor Lockwood & Co. di antara agensi-agensi lainnya. Dengan adanya bakat baru Lucy ini, Lockwood & Co. tak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Di tengah-tengah kesibukan ketiga agen ini dengan si tengkorak, pada suatu malam, datanglah klien Lockwood & Co. berikutnya. Mr. Saunders dan Mr. Joplin meminta bantuan mereka untuk menangani Masalah di Pemakaman Kensal Green. Masalah di pemakaman ini melibatkan makam Dokter Edmund Bickerstaff, yang dianggap sebagai orang yang kejam dan mengerikan semasa hidupnya. Tengkorak terlupakan, pekerjaan dibereskan oleh Lucy dan kawan-kawan.
Masalah sudah berhasil ditangani. Sumber sudah ‒benda yang menghubungkan arwah gentayangan dengan dunia manusia‒ berhasil diamankan. Namun, tiba-tiba kekacauan terjadi kala sebuah benda relik berbahaya berupa cermin kaca yang terbuat dari tulang manusia dicuri seseorang dari peti mati Dokter Bickerstaff!
Pengejaran terhadap pencuri yang melibatkan DEPRAC (Departemen Riset dan Ahli Cenayang) pun dimulai. Untuk meringkus pencuri dan mendapatkan kaca-tulang tersebut, Lockwood dan kawan-kawan harus berhubungan dengan kaum kriminal: para pedagang relik. Mereka juga harus berhadapan kembali dengan Quill Kipps, yang turut serta diminta DEPRAC memecahkan kasus yang sama. Tidak hanya itu, ternyata tengkorak dalam wadah memiliki hubungan dengan kasus ini.
Seakan segalanya belum cukup rumit, misi Lockwood, Lucy, dan George kali ini juga dibumbui oleh kecurigaan antara satu dengan yang lain. Atas pengaruh si tengkorak yang licik dan cerewet, Lucy curiga pada Lockwood terhadap sikapnya yang tertutup. Sedangkan Lucy dan Lockwood curiga pada George yang belakangan bertingkah ganjil. Lalu, bagaimana dengan George? Tidakkah ia merasa curiga pada siapapun?
***
Dikisahkan dari sudut pandang Lucy Carlyle, buku kedua serial Lockwood & Co. lagi-lagi mampu membuat saya serasa terkena "sentuhan hantu": sensasi dingin menjalari seluruh tubuh yang diikuti perasaan kebas. Kegelapan mengisi latar cerita ini, sebagaimana kota London yang tengah menghadapi ketakutan atas wabah hantu selama berpuluh tahun terakhir. Beberapa deskripsi hantu yang diberikan Lucy dalam buku ini berhasil membuat jantung saya berdegup kencang dan bulu kuduk meremang bahkan sejak halaman-halaman awal buku.
"Sekarang dia benar-benar jelas. Rambut hitam panjang terkulai pada tengkoraknya. Sisa-sisa mata masih ada di rongga sebelah kiri, namun yang satu lagi sudah kosong. Kulit membusuk yang keriput menggelantung di tulang pipi dan rahang bawahnya mencong di atas tulang selangka." (halaman 14)
Tidak hanya merasakan suram dan seram, senyum nyengir akan seringkali menghiasi wajah pembaca Tengkorak Berbisik ini. Hal ini disebabkan beberapa deskripsi dan penilaian Lucy terhadap kelakuan kawan-kawannya, terutama George.
"Dia (George) memasukkan tangan ke bagian bokong celana olahraganya dan menggaruk-garuk dengam gusar." (halaman 44)
Humor sarkas George Cubbins yang berulangkali memancing gelak tawa saya pada Undakan Menjerit tidak lagi tampil cukup sering. George menjadi agak serius di sini. Tetapi...Oh, jangan khawatir, tetap saja, humor sarkas khas Jonathan Stroud tersaji lewat ucapan-ucapan si tengkorak dalam wadah yang mengingatkan saya pada tokoh jin Bartimaeus di trilogi Bartimaeus ‒karya lain milik Mr. Stroud.
"Apa, George si Gendut? Lockwood si Penipu? Ooh, ya, brilian. Tim yang hebat." (halaman 115)
Sebagai penggemar buku pertama serial Lockwood & Co., saya telah menunggu kehadiran buku ini hampir setahun lamanya. Lepas dari beberapa kesalahan pengetikan, Tengkorak Berbisik saya anggap layak mendapatkan rating 4,5 dari skala 5. Bagi para pembaca yang belum menikmati kisah mereka sebelumnya, jangan khawatir, karena buku ini dapat dinikmati secara tersendiri tanpa harus membaca buku pertama. Misi-misi seru Lockwood & Co. berbeda dalam tiap bukunya. Istilah-istilah per-hantu-an yang telah dijelaskan di buku pertama pun disediakan kembali dalam bentuk glosarium pada bagian belakang buku ini. Meskipun demikian, sayang rasanya jika melewatkan aksi seru Lucy dan kawan-kawan dalam "Lockwood & Co. 1: Undakan Menjerit" yang juga telah diterbitkan Gramedia.
Jadi... Siapkan secangkir teh dan sekotak donat, tabur serbuk besi di sekelilingmu, dan rasakan sendiri pengalaman memburu hantu bersama Lockwood & Co.!
No comments:
Post a Comment