Monday, November 7, 2011

Hancur


Aku menatap kedua matanya lekat-lekat dengan tatapan penuh kebencian. Lalu kusapukan pandanganku ke seluruh tubuhnya, tangannya yang di gips seolah-olah sedang menantangku berduel sedangkan kaki palsunya turut serta menertawai wajahku yang seperti harimau mengaum. Jari-jemari tanganku terkepal begitu kuat, ingin sekali aku meninju wajahnya.

Kemudian ia bergerak tertatih-tatih ingin menjauh dariku. Mungkin ia sadar betapa besar kebencianku padanya. Ia mulai menampakkan wajah ketakutan, membuat tanganku semakin gatal ingin menampar pipinya. Ia menjauh, tak mungkin bagiku menyentuhnya lagi. Kugenggam batu sekepalan tangan, tekadku untuk melukainya semakin kuat. Emosiku sudah sampai keubun-ubun...

“PRAAAANG!”

Suara cermin pecah tiba-tiba. Batu telah kulemparkan. Wujudnya kini tak terlihat lagi. Ia telah hancur berkeping-keping. Dan seketika aku tersadar.

Aku membunuh bayanganku sendiri.

No comments:

Post a Comment