Baru beberapa minggu kuliah, belum
juga uts-an gue udah bolak-balik galau. Sumpah ya semester ini emang puncak
dari segala semester kayaknya. Emang sih, masih ada semester penghabisan, tapi
rasanya kegalauan dari segala kegalauan yang mungkin terjadi di semester depan
sangat dipengaruhi oleh keberlangsungan semester ini.
Awaaaaaaal banget, bahkan sebelum
semester dimulai, gue udah kelimpungan nyari tempat jobtre. Kayak orang tolol
gugling-gugling “mau magang dimana yaaaa”. Iya, keywordnya beneran itu. Gue
udah pernah nulis tentang itu di sini. Dari jaman sebelum perwalian gue
keliling Bandung nyari-nyari di mana gue bisa melaksanakan kewajiban 2 sks itu
sekalian kuliah. Gue emang pengen menuntaskan jobtre sebelum semester ini
selesai. Alhamdulillah, masalah satu itu kelar sebelum akhir September. Gue
dapet tempat jobtre, dan insha Allah mulai Senin, 6 Oktober besok gue bertugas,
sampai...entahlah, sampai kapan. Sampai 30 hari masa kerja gue –dipotong hari-hari
yang gue tetap harus kuliah— habis. Bismillah, semoga segalanya lancar.
Beberapa hari setelah masuk
kuliah, lagi-lagi gue dibuat galau sama topik-topik buat isu mata kuliah-mata
kuliah media. Astaghfirullaaaaaah, nggak ada satupun topik yang gue ambil untuk
masing-masing matkul itu yang jelas. Gue juga nggak tau ada apa dengan otak gue
semester ini. Gue emang nggak kritis dan nggak kreatif, tapi biasanya nggak
sebodor ini. Maluuuuu pisaaaaan rasanya inget-inget tugas dua matkul itu.
Untungnya, tugas besar dua matkul media tersebut adalah tugas kelompok, which
means, cuma ada satu topik yang diangkat dari satu kelompok. Dan tentu saja,
topik orang lain masih tetap lebih layak daripada topik yang gue angkat.
Selesai satu masalah. Err, nggak selesai-selesai amat sih. Belum selesai.
Seenggaknya, topik aib kerjaan gue itu nggak disebut-sebut lagi.
KEMUDIAAAAAAN, SEKARAAAAAAANG.
Seminar.
Mata kuliah ini merupakan syarat
untuk menggarap skripsi. Dan lagi-lagi permasalahan datang dari kemandekan otak
gue untuk mendapatkan sebuah T-O-P-I-K untuk proposal penelitian. Aaaaaak!
Sebenarnya gue sempat dapat topik yang menurut gue menarik. Baru aja hendak
menggarap proposal, eh ternyata topik itu udah pernah dibahas di sebuah skripsi
mahasiswa yang baru aja lulus awal tahun ini. Astaga, bener-bener sobek-sobek
hati gue rasanya. Dalam hati gue merutuki orang yang skripsinya gue temuin itu:
songong abis, mentang-mentang angkatan tua bisa-bisanya ngambil ide gue!
#lahgimana Alhasil, gue falling to pieces tuh, dan otak gue ngambek, enggan
melakukan produksi-produksi jenius lagi. Padahal deadline pengumpulan proposal
tinggal lima hari, LIMA HARI. MAU MIKIRIN PENELITIAN APAAN LO DALAM LIMA
HARI?!?! LO KIRA LO PROFESOR?! /le creys
Deminya, gue nggak deadliner
dalam mengerjakan proposal ini. Dari hari H si dosen ngasih perintah untuk
membuat proposal penelitian, dengan tenggat waktu 2 minggu dari waktu
pengumpulan dan 3 minggu dari waktu presentasi pertama, gue udah mati-matian
nguras otak untuk menemukan topik apa yang layak, menarik, dan penting untuk
diteliti. Apalagi ditambah dengan kenyataan pahit bahwa gue nggak diizinkan
konsultasi dulu ke sang dosen. Begitu sekalinya nemu topik dan ternyata kepala
gue ketampol pake skripsi orang setebal 300an halaman dengan tema yang nyaris
persis dengan rencana tema gue itu, gue seketika menjadi jauh lebih bodoh dari
biasanya. Dengan perasaan yang panik, patah hati, bingung, kosong, hampa, gue
memilih satu topik yang jatuhnya malah topik skripsi anak ilmu gizi daripada
ilmu komunikasi. Iya, sedepresi itu gue.
Hingga akhirnya, inspirasi datang
dari teman gue yang dengan prihatin mengatakan “Kenapa lo nggak pilih topik
yang sesuai dengan kesukaan lo. Lo kan suka baca novel, kenapa nggak tentang
novel. Kenapa misalnya novel itu terjemahannya biasanya busuk atau apalah.....”
seketika suara teman gue melemah dalam kepala gue, dan gue yang masih tidak berdaya dan
tidak berakal itu mengambil sarannya mentah-mentah.
Gue. Ambil. Saran. Dia. Mentah.
Mentah.
Dari hari Jumat sampai Senin gue
berjibaku dengan skripsi-skripsi di perpustakaan demi menuntaskan tugas gue
yang deadlinenya hari Selasa pagi. Ya Allah, gue kerja udah nggak pake mikir
panjang lagi. Seselesainya, Senin malam beberapa jam sebelum deadline
pengumpulan, serangan galau pun menerjang gue L-A-G-I. Dan seluruh jiwa raga
gue terasa lumpuh melihat betapa cetek dan penuh celahnya rancangan penelitian
gue ini......Betapa tidak layaknya proposal ini dieksekusi.
Benar-benar nangis-nangis gue di kamar kosan.
“INI GIMANA MAU DIPRESENTASIIN DI DEPAN DOSEN?!?!?!?! GUE SENDIRI AJA UDAH NGGAK PUNYA KEYAKINAN SAMA TOPIK INI”
Yes, Sir and Ma’am. I’ll be presenting the topic next Tuesday. And I really have no power and courage to present this. There’s no good feeling left at all about this topic. Gue down-se-down-down-nya sama topik ini.
Semoga Allah masih membiarkan gue
hidup sekeluarnya gue dari ruangan kelas seminar 7 Oktober yang akan datang.
No comments:
Post a Comment